Akhirnya cupid menghampiriku juga. Aku kira dia tidak akan tahu dimana aku berada, karena walau sudah kelas 3 SMA aku belum pernah jatuh cinta apalagi pacaran.
Hal ini berawal di bulan ramadhan ketika sekolahku melaksanakan pesantren ramadhan. Nothing special bagiku, tapi segalanya berubah hanya dalam waktu beberapa jam saja.
“Ra, kita duduk di pinggir yuk, biar bisa nyender !” ajak Fyo
“Emang kita mau duduk dimana lagi !” jawabku
Duduk dengan posisi bersandar membuat aku berhadapan dengan beberapa orang yang sangat aku kenal, Agung, Riko, Dhoni dan … depp... jantungku seakan mangkir dari profesinya. “Siapa dia ? tanyaku dalam hati. Wajar aku bertanya bagitu, sekarang aku sudah kelas XII dan punya banyak junior yang tidak bisa aku ingat satu per satu. Kembali ke masalah. Aduh kok aku jadi begini ? Hanya gara-gara anak yang baru lepat putih biru saja aku jadi sesak nafas..
Tidak terasa libur lebaran telah tiba. Aku terus memikirkan siapa juniorku yang aku lihat sedang tersenyum sewaktu pesantren ramadhan. Lian janji mau bantu aku mencari informasi tentang tu cowok, dia punya adik di kelas X.
Lagu I Will Be-nya Avril Lavigne mengalun lembut. Kuraih hape-ku lalu segera ku baca sms itu. Nama Lian tertera di layar LCD-nya.
Ra, aku Cuma dapet namanya doang...
Emang sapa namanya?
Rivaldy Gio Jeffriansyah, maaf ya Cuma dapet itu doang …..
Ga apa-apa, makasih ya ….
Yups, sama-sama,,
..
Wah sudah sekolah lagi !! senangnya hatiku. Jam pertama aku belajar sejarah. Untuk ke ruang sejarah aku harus lewat ruang matematika tempat si Gio belajar. Ternyata dia lagi nongkrong di depan kelas sama teman-temannya. Aku jalan lurus saja, pasang muka cuek. Aku terpaksa jadi cewek pengintai nih, profesi yang harus ku jalani karena tuntutan masa remaja. Aku selalu “menemani” kemana pun dia pergi, moving class, ke kantin, sholat dan aku juga “mengantarnya” pulang sampai parkiran. Sampai-sampai aku hampir hapal di ruangan mana saja dia belajar, dan aku segalanya kegiatanku tentang dia ke dalam diary..
“Ra, kantin yuk ! ajak Tari
“Ntar dulu, lagi sibuk !” tolakku
“Aduh Ra, sampe kapan lagi sih kamu mau liatin dia dari jauh terus, samperin kenapa ?” saran Fyo
“Tunggu aku siap dulu, baru aku nyamperin dia !” kataku
“Yakin ???” tanya Lian, Tari dan Fyo serempak
“Eh .. Eh … Eh … enggak !” jawabku seenaknya sampai mereka bertiga bengong
“Nggak nyangka ya ternyata cowok model si Gio itu yang berhasil menaklukan Tara si Cewek batu es ini !” terang Lian
“Iya ya, apa bagusnya sih dia ?” tanya Tari
Tet … Tet …. Tet …. bel berbunyi. Waktu istirahat habis.
“Yahh… kita nggak makan lagi deh !” sesal Fyo
“He eh Tara, gara-gara acara ngintai kamu, tiap istirahat kita gak sempet makan !!” tambah Lian
Aku melototi mereka satu satu sambil mengembungkan pipiku.
“Jadi kalian ga suka ? Makan aja sendiri sana !!!” bentakku
“Tara !! dasar egois !” teriak mereka
Aku segera melesat pergi menghidari bogem mentah mereka..
Aku kadang menyesal kenapa aku mau ketika aku di tunjuk sebagai ketua kelas. Mengatur mahluk-mahluk di kelasku itu ribet banget. Apalagi saat hujan seperti ini, jadwal moving class kacau balau. Kami sampai-sampai tidak dapat kelas. Mereka merengek-rengek padaku. “Siapa yang ga kesel coba ?
“Ra..
“Ra...
“Ra....
“Apa ?” teriakku
“Lagian kalian kayak ayam kehilangan induk aja !” gerutuku
“Jadi skarang kita kemana donk, masa berdiri kayak gini, basah tau !” protes Iin
“Sabar dikit ngapa, aku lagi mikir nih !” aku coba memberi penjelasan
“Ra, di ujung ada ruang kosong !” celetuk Ian
“Ya udah, kita kesana aja !” ajakku
“Tapi Ra, jalan di koridor ujung banjir !” kata Lina
“Mau berdiri disni sampe bel pulang bunyi atau berkorban dikit kesana ? Lagian banjirnya ga mungkin lewat sepatu !” tawarku
Semuanya diam dan mengikuti jalanku. Tak lama kemudian senyumku terkembang, aku melihat si pembuat keonaran di hatiku itu di sebelah ruangan yang akan kami tuju. Mereka tidak belajar. Mungkin karena hujan para guru males mengajar di kelas ujung kali ya ? Yang namanya siswa, walaupun sekolah di sekolah yang terakreditasi “A” sekalipun, kalau tidak ada guru pasti tidak belajar. Semuanya pada main. Aku senang banget bisa liat dia lama-lama hari ini dari jarak yang cukup dekat.
Hari ini banyak hal yang bisa aku tlis di diaryku. Diary itu selalu aku bawa kemana-mana. Aku takut ada yang baca karena isinya tanpa sensor sedikit pun. Di diary itu aku menulis nama lengkap Gio dan ada dua cewek yang aku benci tanpa sebab yang jelas. Cewek yang pertama adalah Memei, juniorku yang digosipkan sama Gio dan yang kedua adalah Sari, teman sekelasku yang kecentilan sama Gio..
Sekolah hari ini benar-benar membosankan. Aku merasa jalannya jam begitu lambat. Aku sudah ngantuk berat dan puncaknya di jam terakhir saat pelajaran sosiologi. Karena sudah tidak kuat aku memutuskan untuk kabur.
“Mau kemana?” tanya Fyo saat aku mengeser kursiku
“Cabut ! udah kagak kuat lagi, mau ikut?” ajakku
“Gila bener kamu Ra, ini guru terkiller loh, tapi kamu masih aja mau keluar?” Tanya Fyo heran
“Daripada tidur di kelas !” jawabku
Tanpa memperdulikan larangan Fyo, aku keluar kelas. Aku memutuskan untuk tidur sebentar di WC. Kira-kira udah setengah jam aku tidur sambil jongkok. Aku terbangun ketika mendengar bunyi sepatu mendekati WC, tapi aku lebih terkejut lagi ketika mendengar mereka bercakap.
“Siang bu !” sapa seorang siswa
“Siang!” jawab Bu guru yang aku kira guru bahasa Indonesia itu
“Mau kemana bu, kok buru-buru?” tanya si siswa
“Ibu mau ke WC nak, sudah di ujung tanduk !” jawab si ibu
“Waduh, tadi saya dengar obrolan teman-teman cewek, mereka bilang kalo WC putri kering bu !” kata si siswa
“Oh .. ya sudah, ibu ke kantor aja, makasih ya nak !“ jawab si ibu
“Iya bu !!” jawab si siswa
Aku menarik nafas lega. Aku tidak bisa membayangkan kalau tu guru masuk WC dan mendapati aku sedang tidur. Aku melongok sedikit ke bilik-bilik toilet dalam WC. Airnya penuh. Keningku berkerut. Kenapa tadi anak yang ngobrol sama bu guru bilang kalo airnya kering ? Tanya ku dalam hati. Namun aku tidak ambil pusing, yang penting aku selamat..
Sabtu adalah hari yang menyenangkan. Tidak ada belajar di hari sabtu. Ekskul full dari pagi sampai pulang.Aku melihat dia sedang bermain basket. Dia hebat banget, saking hebatnya waktu ada kejuaranan antar SMA dia langsung diajak, padahal saat MOS baru selesai..
“Kenapa Ra, pagi-pagi kok udah kusut?” Tanya Riko
“Buku bahasa Inggris ku hilang!” jawabku sedih
“Wah gawat tu ra, kamu bisa dikeluarin dari kelas ! kata Dhoni
“Yaelah Dhon, karena itulah Tara jadi kusut kayak gini !” jelas TarI
“Susah juga ya, bahasa Inggris jam pertama !” tambah Ian
“Mana kelas yang belajar bahasa Inggris Cuma selain kita Cuma satu dan mereka berada di ruangan ujung sana, ga sempet deh kayaknya kalo mau kesana abis piket !” kata Agung
“Apa boleh buat lah, dikeluarin ya udah, engak juga alhamdulillah !” aku menanggapi mereka
Mereka semua menatapku dengan wajah sedih. Rasa kekeluargaan begitu erat di antara kami, karena sudah dua tahun bahkan tiga tahun sekelas..
“Loh ! punya siapa ini ?” tanyaku dengan kening berkerut
“Kenapa Ra, kok ngelamun? Nah, tu ddia buku bahasa Inggris mu !” kata Fyo
“Bukan ! ini bukan punya ku !” tegasku
“Terserah deh Ra, mau punya sapa, yang penting pakai aja duu, daripada dikeluarin !” saran Fyo
Aku mengiyakan saran Fyo. Aku tidak bisa berkonsentrasi penuh. Masalah buku ini terus menginterupsi otakku. Siapa yang meletakkan buku ini di dalam tasku. Tapi bukan Tara namanya kalau memikirkan masalah sampai berlarut-larut. Terserah deh punya siapa penting bisa belajar..
“Wah udah dua hari nih aku ga nulis lagi. Padahalkan dua hari ini ada dua kejadian ganjal !” pikirku
Aku ambil diaryku dari dalam tas. Kelas lagi sepi, aku saja bingung,dari sekian banyak anak adam kenapa aku harus memilih Gio. Dia tidak tinggi untuk cowok, dia tidak putih dan dia tidak punya apa yang biasa teman-teman cewekku sebut kan untuk mendeskripsikan cowok keren. Menurutku dia punya tatapan teduh yang menenangkan di mata sipitnya itu dan senyumnya itu loh, bisa buat melting walaupun suhu minus 1000º .Eh, ada lagi pembawaanya yang tenang hingga terkesan cuek dibalik sikapnya yang suka bercanda. Apalgi kalau tertawa tu mata sipit makin terdesak oleh pipi tembemnya. Intinya dia cool banget !
Ketika sedang asyik menulis, aku dikejutkan oleh keributan di luar dan tiba-tiba Dhoni datang menemuiku.
“Ra, Fyo pingsan, tadi di kepeleset !” kata dhoni
Y”ang bener Dhon ? sekarang dia diaman ?” tanyaku
“Bener, dia udah dibawa ke UKS, buruan kita kesana !” ajak Dhoni
Tanpa memperdulikan apa-apa lagi, aku langsung lari mengikuti dhoni. Sesampainya di UKS, aku mendapati Fyo tergolek lemas, kakinya memar. Aku duduk di tepi ranjang. Setelah aku hasback, tidak terasa sudah tiga tahun dan selama itu pertengkaran kami bisa dihitung dengan sebelah tangan.
Tak lama kemudian Tari dan Lian datang, mereka membawakan tas dan makanan untukku..
Musim hujan menghambat aktivitas sekolah kami. Apalagi kalau jam pulang. Semua koridor penuh karena tidak mungkin lewat trotoar. Sewaktu pulang aku jalan bareng Riko sambil ngobrol-ngobrol. Tiba-tiba ada percikan air mengenai kakiku. Awalnya ku biarkan saja , tapi kok tambah banyak ya ? Ternyata yang jalan dibelakangku dan pelaku penyipratan air itu adalah Gio. Aku beranikan diri untuk menegurnya.
“Hati-hati donk, basah nih !” tegurku
Tapi dia cuek bebek, masih aja jalan dengan ngankat kaki tinggi-tinggi dan airnya nyipratin kakiku lagi. “Uh.. ni anak !!” gerundelku
“Hati-hati donk !” tegurku lagi
“Eh maaf kak, ga sengaja !” katanya sambil cengegesan
“Ga sengaja ko berkali-kali !” tambahku
“Ya udah aku minggir !” katanya
“Nah, masih aja diinjak, basah juga kan !” tambahnya
“Hehe .. ga keliatan sih !” jawabku sambil cengegesan
“Iya ya !” katanya membenarkan ucapku..
Sesampainya di asrama aku tidak bisa berhenti tertawa. Aku merasakan ada satu kebiasaan yang hilang dariku, kebiasaan yang baru aku mulai selama satu bulan ini, tapi aku tidak ingat..
Sudah hampir seminggu kejadan singkat di koridor waktu sekolah itu. Sekarang aku menemukan benda yang hilang dariku. Aku kehilangan diary yang menyebabkan aku kehilangan kebiasaan menulisku tiap butir kejadian yang berhubungan dengan Gio, dan semua itu sudah berlangsung hampir seminggu, dari senin sampai jum’at.
Aku kalang kabut saat menyadari diary ku hilang. Masalanya sebuah rahasia maha besar sepanjang masa ada di dalamnya, dan naasnya aku menyadarinya di detik-detik terakhir bel pulang berbunyi. Ku jelajahi kelas-kelas yang aku pakai belajar hari senin tadi. Aku ingat, aku pergi tanpa merapikan bukuku saat aku mengetahui Fyo pingsan dan pada saat itu aku lagi belajar di ruang ekonomi yang berada di ujung. Ku periksa satu persatu laci meja, tapi hasilnya NOL BESAR. Aku tidak menemukan apapun. Tiba-tiba ada satu suara yang membuatku migrainku kumat.
“Nyari ini ya ?” tanya satu suara di belakang ku
Saat aku melihat ke belakang betapa terkejutnya aku, senang dan kaget juga kenapa diary ku ada sama dia.
“Ah iya !” seruku, langsung ku ambil benda itu dari tangannya
“Untung aku yang nemuin, coba kalo Memei atau kak Sari ga kebayang deh apa jadinya, makanya lain kali janga teledor !” celotehnya
“Hah..?! jadi ¿! Kamu udah baca !” tanyaku terbata-bata
“Iya !” jawabnya singkat
“Kok ga dibalikin hari tu juga ?” tnyaku lemas
“Abis ceritanya lucu sih, ga cukup sekali baca !” jawabnya dan sukses membuat ku bengong
“Eh tapi isinya ga bener tu !” sanggahku
“Yahh.. padahal aku udah seneng banget !” desahnya menyesal
“Maksudnya ?” tanyaku
“Pikir aja sendiri. Oh ya .. pulang yuk, ntar kita dikira ngapa-ngapain lagi !” ajaknya.
Aku menuruti ajaknya. Disepanjang jalan akuterus menunduk, Malu !!!!. aku baru sadar dia terus mengikuti ku setelah trotoar habis dan kami jalan di atas tanah. Aku berhenti.
“Ngapain ngikuti aku?” tanyaku sok galak
“Bukanya ngikutin aku Cuma mau siap-siap aja kalo cewek di dkat aku ini pingsan !” jawabnya
“Udah deh ga usah. Aku ga siap diserbu pertanyaan yang ga bermutu setelah aku nongol di asaram berng kamu !” tolakku
“Yakin ?!” tanyanya dengan kening berkerut
“Yakin lah !!” jawabku ketus
“Ya udah aku nganter kamu pake pandangan aja dari sini sanajalan !!” perintahnya
Aku tidak menanggapi lagi omongannya. Aku berjalan ke asrama dengan kepala tertunduk dan aku tidak bisa menyembunyikan senyumku.
Setelah di kamar, kupandang buku bergambar Teddy Bear itu, ku putuskan untuk tidak menyentuhnya untuk beberapa hari ini atau mungkin selamanya. Aku merasa tertekan..
Rasa aku pengen mati saja atau opersai pelastik sampai tidak ada yang mengenaliku. Malangnya, ide gila itu tidak ada yang bisa membantuku. Aku harus siap kalau gosip ini sudah tersebar dengan judul My First Love Nyangkut di Brondong dan harus saiap kalau orang-orang terutama Gio menatapku dengan mata yang sarat akan ejekan.
Setelah sampai di sekolah, aku mendapati semuanya berebda dengan apa yang aku bayangkan semuanya normal. Mungkin aku saja yang terlalu heboh, sedangkan Gio hanya menganggapnya angin lalu, namun aku bersyukur dia tidak ngember kemana-mana.
“Ternyata kita sama ya Ra !” sapa satu suara dibelakangku saat aku menyadari di belakang perpus.
Jangtungku seakan kehilangan gaya gravitasinya. Ketika aku balik badan, aku melihat Gio dalam posisi favoritnya yaitu kedua tangan masuk kantong celana dan dia menyebut namaku tanpa embel-embel kak taupun mbak.
“Maksunya ?” tanyaku heran
“Ya kita sama, seneng ngintai orang yang kita suka!!” jelasnya
“Maksudnya? Tanyaku lagi, kurasa kata itulah yang bisa aku ucapkan
“Udahlah Ra, aku udah tau semuanya sebelum aku baca diary itu!” jawabnay
“Hah?!” desahku sambil melongo
“Aku ga nyangka Ra bisa suka sama orang bego kayak kamu!” gerutunya kesal
“Apa sih maksud kamu?” tanyaku lemas
“Apa kamu ga baca tulisan aku di diary kamu? Yang jadi cewek pengintai itu bukan kamu aja, aku juga jadi cowok pengintai, malah lebih para aku udah 3 bulan sedangkan kamu baru 1 bulan. Aku liat kamu ketawa dan banyak lagi!” jelasnya panjang lebar.
“Jadi kamu?” ucapku terbata-bata
“Apa masih kurang bukti Ra? Aku juga berusaha nolongin kamu. Inget waktu kamu nongkrong di WC? Aku liat kamu masuk WC tapi ga keluarkeluar pas bu Merri mau kesana langsung aku cegah karena aku tau di dalem pasti terjadi apa-apa dan pas buku bahasa inggris kamu hilang dan tiba-tiba ada di dalem tasmu, aku ….
“Udah !! aku percaya !” potongku
“Ra apa bener semua yang ada di dalem buku itu ?” tanyanya
“Ya!!” jawabku
“Masalah Memei dan kak Sari itu ga ada yang benar!! Jawabnya tanpa aku tanya
“Bener juga ga apa-apa kok, itu kan hak kamu!” kataku
“Tapi kalo faktanya emang ga gimana?” dia mematahkan ucapanku
“Gimana apanya?” tanyaku polos
“Huh.. ternyata umur itu emang bukan penentu kedewasan orang ya!!! Ejeknya
“Ngejek nih!!!” sindirku
“He eh Oh ya Ra aku sempet ciut pas kamu sama kak Riko, apalagi waktu kita pulang pas hujan waktu aku nyipratin kamu air, kayaknya kamu deket banget!” ujarnya
“Ga usah mikir aneh-aneh deh riko itu suka sama Tari, kami Cuma sahabatan jadi waktu itu kamu sengaja ya nyipratin aku air!” tanyaku
“Iya!!” jawabnya
“Kenapa?” tanya ku lagi
“Mau tau gimana ekspresi kamu ke aku. Tapi kok kamu cuek benget ya !! jawabnyaa
“Oh jadi waktu itu kamu udah tau ! bentakku sambil tersenyum
“Iya donk, Gio gitu loh!” pamernya
“Gio!! Awas kamu ya!!” ancamku
“sapa suruh teledor!” ejeknya..
Saat pulang sekolah aku langsung ke asrama. Ku ambil diariku yang kemarin aku putuskan untuk tidak mengutak-atik. Sekarang aku butuh dia untuk mencatat segala kejadian dua hari ini dan ku buka lembaran terakhir diari itu, ada tulisan Gio disan, “Be my honey, usia bukan penghalang”. Kulihat aku rasa sekarang aku belum membutuhkan diari ini, terima kasih sahabAtku kau akan menjadi bukti sejarah cinta pertamaku.
THE END
cerita nya bagusss
BalasHapustambahin dong :D