Jumat, 04 Maret 2011

Facebook! Comblangin Gue Donk!!!

        Arin menatap kesal kelayar laptopnya. Meraup segenggam choco chips dalam toples disebelahnya lalu menelannya dengan dua kali kunyah sebagai pelampiasan. Bukan lega, dia malah megap-megap kayak ikan koi. Choco chips yang ditelannya tadi menuntut keluar lagi. Dengan sekali teguk, ia melibas habis segelas jus mangga yang bersandingan dengan toples choco chips. Untung gue nggak mati desahnya lega.
“Masih aja lo ngurusin hal gituan? Elo aja nggak punya pacar” celetuk Arga, kakaknya yang super bawel dari belakang.
Sontak gadis itu terlonjak, “Apa sih? Sirik aja” Arin membalas tanpa melihat kakaknya itu.
        Hampir dua tahun ini Arin berprofesi sebagai mak comblang disekolahnya. Berhubung zaman udah modern, Arin menawarkan jasanya lewat via online, facebook! Entah bego atau apa, kok teman-temannya mau minta tolong sama Arin yang notabenenya dia sendiri tidak punya pacar!
Tapi Arin si mak comblang tak perlu diragukan lagi. Sudah banyak bukti konkret, contohnya Aldo kelas XIE sama Keke XIA, Kak Wisnu XIIC sama Citra XC, Okta XIB sama Irfan anak SMA lain and other more. Dan seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak. Arin juga pernah gagal. Seperti Ria sama tukang ojek yang sering mangkal di depan sekolah mereka dan Edo sama bibi penjual sayur keliling. Huahaha … koneksi dunia maya Arin emang luas, mencapai seluruh lapisan masyarakat.
Di sekolahnya Arin dikenal luas. Tidak hanya anak kelas XI tapi seluruh angkatan menggunakan jasanya. Arga yang satu sekolah tapi kakak kelas juga kena getahnya. Kayak ada yang nitip pesan buat Arin, nitip coklat ataupun benda lainnya. Arga yang risih sudah berulang kali melayangkan protes pada Arin, tapi itu cewek cuek bebek aja. Well, Arga hanya bisa pasrah. Malu iya bangga juga iya.
Sembari bertopang dagu Arin kembali menatap layar didepannya. Untuk kesekian kali dibacanya beberapa potong kalimat Jennie di wall profil facebooknya, ’Rin, gue nggak mau cowok yang kemarin. Genit banget. Yang lain duonk.’ “Duh Jen mau lo apa sih? Apa-apa nggak mau. Genitlah, udiklah, matrelah.” Gerundel Arin.
       Sebenarnya Arin tidak meminta apa-apa dari orang yang menggunakan jasanya. Cuma bagi yang tahu diri pasti ngasih sesuatu, minimal coklat. Ini semua dilakukannya murni karena untuk kesenangan. Arin merasa senang aja melihat orang lain puas atas kerjanya.
Banyak juga loh orang yang bertanya kenapa Arin nggak punya pacar? Padahal dia jago tuh nyariin pasangan untuk orang lain, kok untuk diri sendiri nggak bisa! ‘Gue belum minat pacaran’ itulah jawaban Arin tiap kali ada orang bertanya perihal itu.
                                                                              # # #
“Rin, Thanks ya. Gue uda jadian sama Deby“ Sapa Rudi sesaat Arin mendaratkan bokongnya di kursi. Arin cuma tersenyum sumir sembari mengangguk pelan.
“Ni buat lo.” Rudi meletakkan sebatang coklat cadburry di atas meja Arin lalu pergi sambil bersiul riang. “Lama-lama gue ni yang jadi coklat” gumam Arin.
                                                                             # # #
“Masih lama nggak?” teriak Arga dari atas motor. Arin Cuma melambaikan tangan menandakan urusannya dengan Jennie belum selesai. Karena kepanasan Arga ngomel-ngomel nggak jelas. Setelah menuntaskan urusannya dengan Jennie, Arin menghampiri Arga, “Yuk pulang.” Tanpa banyak bicara Arga segera menstarter motornya.
        Sesampainya dirumah, Arin langsung ngeloyor masuk. “Eh,tunggu” tahan Arga. Arin tetap berjalan karena Arga telah mensejajari posisinya lalu menoleh sekilas. Tatapan bermakna – Ada–apa-sih? Dan segera terjawab, “Tadi waktu gue nungguin lo ada cowok. Kayaknya anak kelas XI deh, tapi gue nggak tau siapa, nyamperin gue.” Arga diam menunggu reaksi Arin, tapi yang diajak ngomong diam aja. “Katanya, Kak nitip salam ya buat Arin” lanjut Arga. “Alhamdulillah. Akhirnya adek gue laku juga” Arga sengaja mengejek Arin yang cuma diam tanpa kata. Bukannya marah karena diejek, Arin malah nyengir kayak orang bego dan melanjutkan jalannya. Arga bengong, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sepulang sekolah, setelah sholat Dzuhur dan makan siang, Arin bergegas ke kamarnya. Melakukan tugas harian sebagai mak comblang online. Satu setengah jam sudah Arin duduk bersama laptopnya. Rambut sebahu yang dikuncir kuda itu pun sudah tidak karuan. Menggerakkan mouse kesana-kemari, mencari para jomblowan di dunia maya untuk si Jennie. Hingga akhirnya dia menemukan sosok yang bisa dipastikan cocok dengan Jennie. Yogi Arman Sasongko, anak SMA 18 Bogor. Lengkung simetris pun tercetak di bibirnya. Segera saja dia mengirimkan data masing-masing ke Jennie dan Yogi.
Akhirnya setelah calon ke setengah lusin yang diajukan Arin, Jennie merasa klop dengan yang satu ini. Nafas lega pun berhembus mengiringi kesuksesannya, kalau gagal hancur sudah reputasinya sebagai mak comblang handal. Tanpa terasa Arin tertidur tergeletak di lantai kamarnya dengan posisi facebook masih online.
“Arin! Bangun!”Arin mengerjap-ngerjapkan matanya setelah 5 kali panggilan yang sama terdengar. Kemudian melirik ke arah jam yang ada di pojok kanan bawah laptop.
“Waduh, udah jam setengah enam. Pantesan emak gue ngamuk” Arin berbicara sendiri. Sesaat akan mematikan laptopnya, Arin baru sadar kalau facebooknya masih online. Ada satu jendela chat terbuka tapi si pengirim pesan udah offline. ‘Hai, siapa disana?’ pesan itu dikirim oleh Ich Immer Worten Sie. Aduh, coba gue nggak ketiduran, pasti ni cowok bisa jadi stok buat new customer pikirnya. Dia pun hanya menggeleng-geleng menyesali kebodohannya.
Malam ini Arin kembali ke ritualnya, bedanya kalo malam dia membawa buku pelajaran ikut serta. Begitu online ada 4 notification, 2 nggak jelas, 1 dari orang menyukai statusnya dan 1 lagi dari Jennie. 15 menit online Jennie muncul di jendela chatnya. Padahal dia baru saja membaca buku akuntasi yang dibawanya.
Jennie si putrie-putrie :             Arinnnnnnnnnn . . .
                                                  Thx y bwt yg td:-)
                                                  Perfecto dah . . .
Arin Ituh Si Mag Comblang : sm2. i2 mah udh jd tgs w lg . .
Jennie si putrie-putrie :            Rin. W bngung deh.
Arin Ituh Si Mag Comblang   ??
Jennie si putrie-putrie :          lo i2kn mak comblang, tp kq g pny pcr c?
Arin Ituh Si Mag Comblang :  ^_+
                                             Emg hrus ea?
                                             W mls pcrn Jen!!
Jennie si putrie-putrie :            Ooo … Getho
                                              Y udh … w off dln y.
                                              Mo bljr .. dagh Arin:-D
Arin Ituh Si Mag Comblang :    yuxx mariii …
       Jennie offline. Tak berselang lama, jendela chat terbuka lagi.
Arga Poenya Icha Folepel :     Woi cumi!!
                                              Jd krjn lo ngedon di kmr ± cm OL doank??
                                              Bljr sono! W aduin papa loh!!
Arin Ituh Si Mag Comblang : eh Ryuk JELEK!!
                                             Sirik aja! G s7??
                                              Lo jg OL kn?!
      Rese banget sih ni orang rengut Arin. Dia segera menutup jendela obrolan itu lalu berhenti online setelah Arga menginterupsinya. Punya kakak mode Arga memang membuat Arin hipertensi.
# # #
       Arin melangkah riang menuju kelasnya yang berada di ujung koridor, XIE. Di perjalanan dia berpapasan dengan Alif, Alif Ramadhan Satyandi anak kelas XIB, teman seangkatannya. Walaupun begitu, seingat Arin mereka baru dua kali bertegur sapa, ya meskipun beda kelas tapikan mereka satu sekolah, udah 2 tahun man!
Arin merasa ngeri tiap kali melihat Alif. Matanya yang lumayan sipit itu selalu berpandangan tajam. Kalau dilihat sehari-harinya Alif bukanlah anak yang pendiam, tapiArin tak pernah melihat Alif berbicara apalagi tertawa di depannya. Dasar aneh batin Arin.
“Rin tungguin gue donk!!” seorang cewek memanggil Arin dari mulut koridor. Tanpa melihat pun Arin sudah tahu siapa pemilik suara itu. Ocha. Sahabat kentalnya sejak awal kelas sepuluh.
“Gue nggak budek kali, Cha” protes Arin saat Ocha merangkul pundaknya. Dari seluruh customernya, Ocha inilah yang pertamakali menggunakan jasa Arin. Hampir satu tahun sama Ridho anak XIB dan itu berkat Arin.
                                                                     # # #
       Sebelum bel istirahat berbunyi, Arin dan Ocha udah ngacir duluan kekantin berhubung Pak Im, guru Akuntasi mereka lagi diklat di Bandung jadi kelas mereka kosong! Mereka tidak hanya berdua, banyak anak-anak yang lain juga. Sembari makan, obrolan pun mengalir seru di selingi gelak tawa dan guyonan khas anak dua SMA. Hingga akhirnya . .
“Rin, kapan nih nyari buat sendiri?” celetuk Keke.
“Iya Rin, nggak pengen apa punya pacar gitu?” tambah Jennie. Tenggorokan Arin terasa tersekat.
“Gini deh Rin, kalo elo nggak mau serius, buat seru-seruan aja dulu” Ocha menengahi “Tujuannya biar orang-orang tu tambah yakin sama kemampuan lo dalam hal percomblangan. Gimana?” Ocha buru-buru menambahi sebelum Arin salah tanggap. Jennie, Keke, Ria dan Laras pun mengangguk setuju.
“Gimana biar lebih seru kita ngasih deadline. 2 minggu mulai hari ini. Setuju?” Laras menambahi.
“What?” mata Arin membola.
                                                            # # #
        Arin kelimpungan akibat ulahnya menerima tantangan Ocha cs. Bingung hebat melanda dirinya. Tapi pantang bagi Arin untuk mengaku kalah sebelum berperang. So, taruhan gila ini harus dia jalani.
“Gue kan mak comblang! Trus gue minta comblangi siapa donk? Hah payah!” Arin bebicara pada dirinya sendiri. Dia terus berpikir keras, berjalan mondar-mandir di depan jendela yang sengaja dibuka. Jam dinding dikamarnya sudah menunjukan pukul 22:00. Ini sudah hari ketujuh, berarti waktunya tinggal satu minggu lagi.
“Aha” Teriaknya senang. “Kan ada fecebook? Ok. Facebook lo bakalan jadi mak comblang buat gue” senyum senang merekah diwajahnya. Segera saja dia berlari ke meja tempat laptopnya bertahta. Setelah membooting dia langsung mengarahkan pointer mouse ke Mozila Firefox. Tak peduli masih ada atau tidak orang yang online jam segini.
Lima menit berlalu. Ada satu jendela chat terbuka.
Rendy Anugrah :                      Yuhuuu … spada
Arin Ituh Si Mag Comblang : Hai!
Rendy Anugrah :                      Hai nek …
                                                  ngetem d mn ne?
Kening Arin berkerut, ni banci sok kenal amat sih. Arin langsung bergidik dan menutup jendela obrolannya. Kali ini biar gue yang mulai tekad Arin.
Arin Ituh Si Mag Comblang : Malem …
Bobby Jackers Mania :          Mlm jg
Arin Ituh Si Mag Comblang : Lg sbuk?
Bobby Jackers Mania :          g kq … blab la bla
Obrolan mereka berlanjut. Arin nggak mau mengulur waktu lagi. Kebetulan besok hari minggu jadi dia langsung ngajak ketemuan.
        Kafe Luxian jam 3 sore meja nomor 3. Arin celingak-celinguk mencari cowok berkemeja abu-abu dan celana hitam. Betapa terkejutnya dia saat melihat seorang pria dengan kriteria yang dicari Arin duduk di meja nomor 3. jika ditafsir paling tidak pria itu berusia 45 tahun! Oh No! Gila! Muka keriput, rambut ubanan dan jadul abis.
“Sialan. Gue ditipu! Fotonya secakep Stefan William tapi aslinya, mending gue ama Tukul Arwana deh” maki Arin. Tanpa babibu lagi dia pergi dari tempat itu. KESALLLLLLLLLLLL!!
                                                                     # # #
        22 Desember 2010. Arin melirik kalender di meja belajarnya. Ini sudah hari ke 10 sejak taruhan itu ditetapkan. Dua hari setelah insiden gila di kafe minggu sore.
“Bego. Bego. Bego.” Arin mencaci dirinya, tidak habis pikir bagaimana dia bisa menerima tantangan ini. Biasanya kalau nyariin pasangan buat orang lain tu gampang tapi kalo buat diri sendiri susah amat ya? Dia terus menelusuri tiap-tiap jejak laki-laki jomblo yang sesuai kriterianya di faceboook. Sedang asyik-asyiknya melakukan penelusuran, ia dikejutkan oleh jendela chat yang terbuka.
Ich Immer Warten Sie :          Hai, siapa di sna?
Arin Ituh Si Mag Comblang : Hai , Arin in here?
                                                  u?
Ich Immer Warten Sie :          Call me Kira
                                                  skul y?
Arin Ituh Si Mag Comblang : Yupp …
                                                 u?
Ich Immer Warten Sie :         Me too ..
                                               'I will become the god of my own world'
                                                u know it?
Arin Ituh Si Mag Comblang : (Tersenyum senang karena menemukan orang yang hobinya sama. Death Note )
                                                yeah … I’m really know
                                                u like Death Note?
Ich Immer Warten Sie :        SANGAT !!!
                                                who’s u like?
Arin Ituh Si Mag Comblang : I’m very like “L”
                                                 he’s so cool !!
                                                 u?
“Arin! Kata papa tidur sana udah malem” teriak Arga dari ruang tv mengacaukan suasana hati Arin. Arin pun sudah bisa menebak, ini pasti gara-gara papanya lagi make internet dan Arin terdeteksi masih menggunakan internet juga. Ini nih susahnya kalau masang speedy yang terhubung semuanya. Di komputer induk bakalan terdeteksi komputer mana aja yang masih aktif. Mana balasan dari Kira nggak muncul-muncul. Akhirnya Arin memutuskan untuk tidur.
Tidur dalam keadaan bahagia karena sudah menemukan calon yang tepat. Walaupun tidak jelas, Arin merasa klop aja sama tu orang. Apalagi dia juga suka Death Note-komik favoritnya. Dari komik itulah dia memberikan nama untuk Arga. Ryuk Shinigami atau Dewa Kematian. Tampangnya jelek banget deh.
                                                                        # # #
       Gayung bersambut. Setelah chatting yang nyaris tengah malam itu Arin makin deket dengan orang yang bernama Kira tersebut. Mereka pun sudah bertukar nomor telepon. Suatu awal yang baik. Arin pun tetap enjoy biarpun tu cowok menolak permintaanya buat masang foto dan nama aslinya.
                                                                         # # #
      Sabtu, 25 Desember 2010, SMA 05 Bogor libur. Inilah klimaks dari perkenalan mereka selama ini. Kebetulan Arin dan si target tidak merayakan natal, jadi mereka berencana ketemuan hari ini. Seperti acara sebelumnya, Arin menentukan tempat dan pakaian apa yang akan digunakan. Dia sendiri memakai atasan coklat putih dan jeans abu-abu, sedangkan cowok itu memakai polo shirt hitam dan washes jeans biru. Untung aja Arin udah pengalaman dalam hal ini. Jangan sampai tertipu lagi. Hehehe
       Arin telat 10 menit dari waktu yang disepakati. Lagi-lagi Arga yang biang keroknya. Gara-gara kemaren dia lupa ngasih coklat dari orang nggak jelas –sama kayak waktu nitip salam– alhasil dia pun mencegat Arin yang sudah terburu-buru.
Arin memperlambat langkahnya saat memasuki gerai foodcourt tempat mereka janjian di Botanisquare. Mendongak keatas, The Confession nama gerai itu. Pikirannya bercabang kemana-mana sesuai nama gerai ini. Sepertinya dia harus mengakui sesuatu setelah pertemuan ini. Dia merasakan jantungnya hiperaktif, namun terus saja berjalan menuju meja nomor 13. Seseorang duduk di sana menghadap keluar jendela kaca membelakangi dirinya. Berhenti sejenak lalu menarik napas.
“Hei” sapanya. Yang disapa pun berdiri dari duduknya dan menghadap ke Arin sembari tersenyum. Manis sekali. Arin merasakan dunia berhenti berputar. Pandangan yang gelap.
“Loh?” dia pun tak sanggup berkata-kata. Diamatinya mahluk jangkung didepannya ini. Benar. Polo shirt hitam dan washes jeans biru. Karena merasa shock, dia pun terduduk lemas.
“Kenapa? Bingung ya?”
“Elo? lo si?”
“Iya. Gue Kira, Ich Immer Warten Sie, atau lo lebih kenal gue sebagai Alif Ramadhan Satyandi.”
Please seseorang tamper gue. Yakinkan kalo ini Cuma mimpi jerit Arin dalam hati.
Lama keduanya membisu dalam riuh pengunjung gerai foodcourt sore itu.
“Udah terima coklat dan salam dari kak Arga?” Alif membuka pembicaraan. Arin menyadari bahwa Alif punya lesung pipi di pipi kirinya dan mata Alif juga relatif sipit.
“Rin, elo pernah mikir nggak kenapa gue nggak pernah pacaran ataupun minta tolong lo buat nyariin gue pacar?” Alif kembali bertanya, namun dia tidak memberikan kesempatan Arin untuk menjawab.
“Gue takut Rin. Taku lo nggak mau bantuin gue. Karena gue suka sama mak comblangnya.” Kembali Arif mengeluarkan pernyataan yang seandainya Arin lemah jantung udah mati dari tadi.
“Hampir dua tahun gue nunggu elo Rin. Tapi emang gue pengecut, negur lo aja gue nggak berani” Arin menundukkan kepala menghindar tatapan Alif.
“There’s a change for me , Rin?”
Arin tercekat. Setelah sekian lama, dia bisa menormalkan fungsi lidahnya yang sedari tadi kelu.
“Lif. Sorry banget. Sebelum gue ngambil keputusan, ada sesuatu yang harus gue akuin sama lo” Arin menceritakan perihal taruhannya mengenai hal ini dengan Ocha Cs. Untuk beberapa saat Arin siap kalau harus ditinggal Alif sendirian karena dia sudah mempermainkan Alif.
Di luar dugaan, “Lo nggak mainin gue kok. Lo ngakuin semua itu sebelum lo ngambil keputusan. Well …” Belum sempat Alif menyelesaikan perkataannya sebuah suara cempreng mengagetkan mereka.
“Berani nolak dia awas lo, Rin”
Tampak Arga dan Icha berjalan mendekati mereka berdua. Ternyata Alif sudah membicarakan perihal pertemuaanya dengan Arin sama Arga. Arin merasa ditipu habis-habisan walaupun sebenarnya dia melakukan penipuan . setelah mendengarkan cerita Arga yang sama-sama satu klub taekwondo dengan Alif.
Setelah itu keduanya pun pamit. Males ngedate rame-rame apalagi sama anak kecil kayak Alif dan Arin katanya. Alif dan Arin pun kompak mendelik. Cieciecie …..
                                                                      # # #
‘Hai gals. Akhirnya keinginan kalian terkabul!! Gue udah punya pacar n ini serius. Gue sayang ALIF RAMADHAN SATYANDI!!!!!’
Arin mengirim pesan itu ke setiap teman-temannya yang ikut taruhan. Coment dari mereka pun datang beberapa saat kemudian dan ajaib! Isinya sama, ‘Wow! Good job! Congrats, Rin! Jangan lupa pajak jadian! Hehe’ Arin pun sampai terkekeh membaca balasan teman-temannya. Dan juga status facebook miliknya dan Alif sama, ‘Alif Ramadhan Satyandi sayang Ariningtyas Soeharmanto. 25 Desember 2010. A.R.S & A.S.
Alif hanya tersenyum melihat ulah pacarnya ini. Emang ratu online pikirnya. Tempat ngedate mereka pun pindah, dari mall move to WARNET!! Hahahaaha …. Lagu Sheila On 7 – Hariku Bersamanya mengalun, memenuhi setiap bilik-bilik di warnet itu. Seakan jadi backsound hari mereka berdua.s
^-The End -^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar